FISIOTERAPI BEKASI -   Akhir akhir ini saya menangkap ada dua kelompok yang saling kontradiktif dalam perkembangan Fisioterapi di Indonesi. Dua kelompok itu adalah kelompok yg galau bercampur ragu sementara kelompok lainnya adalah kelompok optimistik bercampur dengan gairah yg menyala. Satu kelompok memilih aksi dan kelompok lainnya memilih berdiskusi. Tanpa harus mempertentangkan siapa yang lebih kuat dan lebih baik, saya melihat meminjam istilah socrates (450 SM)sebagai proses dialektika. Sebuah konstruksi pemikiran yang dinamis , sebuah kontinuitas yang saling mengisi dalam konsep tesis anti tesis dan sintesis. 


 
Pespektif sejarah menjadi penting sebab dalam pemahaman keilmuan sejarah bukanlah hanya sekedar catatan peistiwa masa lalu akan tetapi sesungguhnya sejarah memuat informasi tentang masa depan. Dalam catatan The World Confederation for Physical Therapy ( WCPT) profesi ( teknik atau metode) fisioterapi sudah ada sejak 2.500 th (SM) jauh sebelum manusia membuat tentang konstruksi metode ilmiah. Dan hari ini pfofesi fisioterapi masih eksis dan bahkan berkmbang meluas di seluruh dunia. 
Fisioterapi sudah di akui , pada akhir abad 18 sebagai pelayanan stanadar di rumah sakit di United Kingdom dan awal abad 19 fisioterapi medapatkan pengakuan ilmiah dan di ajarkan di level perguruan tinggi di Selandia Baru. Sejarah kemudian mencatat ptofesi fisioterapi sangat diakui di Selandia Baru, kemudian berkembang di Amerika Serikat dan Australia , sementara di UK pengakuan tentang eksistensi fisioterapi sebagai profesi baru muncul di akhir abad ke dua puluh. 
Helen Hislop (1974) kemudian mencatat , bahwa berbagai ragam perkembangan yang berbeda beda itu tergantung pada kemmapuan komunitas fisiotetapi di suatu negara untuk menjawab tantangan yang dihadapi fisioterapi oleh 3 hal :

1. Tantangan Ilmiah

Tantangan ilmiah menjadi persoalan ilmiah yang perlu disikspi oleh ilmuwan fisioterapi. Isu ini lebih pada upaya menjawab pertanyaan apakah fisioterapi bermanfaat bagi kesehatan ( preventive, curative dan rehabilitatif). Menjawab pertanyaan ini ternyata bukanlah sesuatu yg mudah, meskipun Hislop yakin bahwa profesi fisioterapi akan mampu menjawab tantanngan ilmiah ini dimasa depan. Namun demikian sesungguhnya tidaklah mudah , apalagi untuk negara negara dunia ketiga seperti Indonesia, dimana budaya pikir dan budaya kerja yg didominasi , kebiasaan, testimoni dan tak terukur, alias budaya ilmiah yg masih rendah. Menjawab tantangan ilmiah hanya bisa dilakukan dengan membuktikan dengan cara yang sama dengan yg dilakukan oleh medical science bahwa intervensi yg dilakukan oleh fisioterapi terbukti secara meyakinkan mempu mempengaruhi proses biologi molekuler, biokimia dan bioseluler. Pembuktian pada level ini akan meyakinkan para ilmuwan bahwa fisioterapi terbukti bermanfaat pada prefensi dan kurasi dan kegagalan menunjukkan bukti ilmiah pada level ini akan membawa bahwa fisioterapi hanya betkontribusi pada upaya rehabilitasi.
 

2. Tantangan Perusahaan Asuransi.

Stabilnya sebuah pemerintahan demokrasi sering kali terkait erat dengan program jaminan sosial. Kita belum lupa bahwa salah satu point kuat yang membuat Barrack Obama menjadi presiden amerika adalah program jaminan ini dimana jaminan pelayanan kesehatan . Hal yanh sama terjadi di Indonesia, sebelum era BPJS yg dimulai oleh presiden SBY , kita bisa melihat bahwa di hampir semua program pemimpin propinsi atau kebupaten dan kota adalah meninhkatkan jaminan sosial dan kesehatan. Hari ini fisioterapi di Indonesia dihadapkan pada program BPJS yang diteruskan oleh pemerintahan Joko Widodo. Satu hal yang harus difahami adalah bahwa perusahaan asuransi kesehatan selalu mencari atau hanya akan mau menanggung untuk penyakit yang jelas prognosisnya dan untuk tindakan yg memberi kepastian (ilmiah). Jawaban atas persoalan ini sesungguhnya terkait apakah fisioterapi mampu menjawab tantangan ilmiah. Jika tidak maka tak akan satupun perusahaan asuransii percaya bahwa fisioterapi memiliki manfaat buat kesehatan, termasuk didalamnya BPJS


Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: